Kamis, 17 Januari 2013

PROPOSAl BAB II


      BAB II     
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Variabel Penelitian
1.               Belajar dan Pembelajaran
Ada beberapa pengertian belajar menurut beberapa pandangan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya[1]. Sementara itu, menurut  konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi. Pengertian ini juga diperkuat oleh Skinner yang berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif[2]. Sedangkan Fontana mengemukakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.
Teori mengenai pembelajaran menurut Jeanne Ellis Ormrod adalah pembelajaran sebagai perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil dari pengalaman[3]. Sedangkan menurut Fontana pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal[4].
Selain itu, menurut konsep komunikasi pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikasikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan[5]. Dalam hal ini peran- peran tersebut dapat berubah antara guru dengan siswa dan sebaliknya.   
Berdasarkan teori- teori di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.  Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling terkait satu sama lain, kegiatan belajar siswa akan terbimbing dan terarah jika diiringi oleh proses pembelajaran bersama dengan guru sehingga tujuan pembelajaran diperoleh secara maksimal.
2.         Pembelajaran Matematika      
Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk  memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi)[6]. Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya[7].
Berdasarkan defenisi belajar dan pembelajaran, serta tujuan dari pembelajaran matematika maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi antara siswa dengan guru, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya dalam mempelajari ilmu yang bersifat abstrak namun konsep- konsepnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan membantu dalam mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
3.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang meibatkan siswa bekerja dalam kelompok kecil,dimana mereka saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.Menurut Muliyardi bahwa Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah ,menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama[8].Menurut muslimin bahwa pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,tujuan dan hadiah[9].
Pembelajaran kooperatif meberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahun bukan hanya dari guru saja tetapi juga dari siswa lain dengan melakukan kerja sama yang saling membantu antar anggota kelompok,sehingga di dalam kelas memungkinkan terjadinya interaksi yang beragam yaitu antara guru dengan siswa dan siswa sesama siswa .
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat saling bekerja sama , melatih siswa untuk menghargai pendapat dan hasil pekerjaan siswa lain,mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap ide atau pendapat siswa lain dengan cara yang wajar, mendengarkan dengan aktif dan lain sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1     Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai
2     Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.
3     Untuk mencapai hasil yang  maksimum para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalh yang dihadapinya [10].

Selanjutnya Muslimin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pemebalajaran yaitu sebagai berikut:
1)            Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok ata yang bekerja sama menyelesaikan tugas- tugas akademik.Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah , jadi memperoleh bantuan kusus dari teman sebaya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
2)         Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas- tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif ,belajar untuk menghargai satu sama lain
3)         Pengembangan keterampilan social
Tujuan pembelajarn kooperatif adalah untuk mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi[11].
Berikut disajikan langkah – langkah pembelajaran kooperatif:
Table:Langkah- langkah Model Pembelajaran Koopertif
Fase
Tingkah laku guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan meotivasi siswa



Fase -2
Menyajikan informasi



Fase – 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok  -kelompok belajar




Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar


Fase – 5
evaluasi




Fase  -6
Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar


Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan


Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk keompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien


Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka


Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya


Guru mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan
Kelebihan kelompok berpasangan:
                                           a.            Meningkatkan partisipasi
                                          b.            Cocok untuk tugas sederhana
                                           c.            Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing – masnig anggota kelompok
                                          d.            Interaksi lebih mudah
                                           e.            Lebih mudah dan cepat membentuknya
Kekurangan kelompok berpasangan:
                                           a.            Banyak kelompok yamg melapoe dan dimonitor
                                          b.            Lebih sedikit ide yang muncul
                                           c.            Jika ada perselisihan  ,tidak ada penengah
Agar dicapai hasil yang maksimal dalam pembelajarn kooperatif ,maka harus diterapkan lima unsure model pembelajaran gotong royong yang dikemukakan oleg Roger dan David Jhonson dalam Anita Lie sebagai berikut:
1.      Saling ketergantungan
2.      Tanggung jawab perseorangan
3.      Tatap muka
4.      Komunikasi antar anggota
5.      Evaluasi proses kelompok
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa:
1.         Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif ini setiap kelompok bergantung satu sama lain untuk mencaai tujuan bersama.Apabila terdapat saling ketergantungan positif diantara anggota kelompok maka akan tercipta kerja sama yang saling menguntungkan.
2.   Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya agar tugas selanjutnya dalam kelompok bias dilaksanakan.
3.   Tatap muka
Setiap anggota kelompok diberi kesemptan untuk saling mengenal dan    menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4.   Komunikasi antar anggota
Keberhasilan satu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan  dan mengemukakan pendapat mereka.


5.      Evaluasi proses kelompok
Setiap siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan mereka mempunyai akibat lansung pada keberhasilan kelompoknya.
1.      Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Tipe NHT merupakan salah satu pengembangan dari pendekatan structural untuk meningkatkan perolehan akademik. NHT atau berfikir dan berpasangan dan berbagi merupakan salah  Struktur menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Menurut Ibrahim pembelajarn kooperatif NHT memiliki beberapa prosedur yaitu sebagai berikut:
1.      Penomoran
Masing-masing siswa anggota kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang setiap anggota  diberi nomor agar setiap anggota bertangguang jawab dalam kelompok, mempuyai tanggung jawab individu dan kelompok
2.      mengajukan pertanyaan
salah satu anggtota kelompok mengajukan pertanyaan kepada kelompok laen,kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat,dan kemudian mendiskusikan secara berkelompok.
3.      Berbagi dengan anggota kelompok yang lain
Setelah mendiskusikan jawaban pertanyaan tersebut dengan sesama anggota kelompok ,salah satu siswa menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain. Pada tahap akhir ,guru meminta kepada salah satu anggota kelompok atau salah satu nomor yang ada dikelompok dan nomor yang berbeda dari kelompok lain  untuk berbagi tentang apa yang mereka bicarakan.

Pengelompokan Dalam Pembelajaran NHT
Untuk mengoptimalkan mamfaat pembelajaranNHT ,keanggotaannya sebaiknya heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri dari beragam kemampuan akademik siswa latar belakang sosial ekonomi , jenis kelamin maupun ras. Siswa diberi kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang tiap kelompok itu dan mereka haruslah bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Pengelompokan heterogen bermamfaat dalam proses pembelajaran,dimana siswa akan saling membantu dalam kelompok untuk memahami suatu materi. Hal ini akan memberi kesempatan kepada siswa yang berkemampuan tinggi  untuk bisa memberi pengetahuanya kepada siswa yang berkemapuan rendah.
      5.Pembelajaran Konvesional
Konvensional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berari”Pemufakatan atau kelaziman atau Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan”. Jadi pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvesional merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas individu.
Pemebelajaran konvensional memiliki cirri – cirri sebagai berikut:
1           Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan yang dapat di ukur
2           Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas  secara keseuruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual
3           Bahan pelajaran pada umumnya  berbentuk ceramah ,kuliah , tugas tertulis  dan media lain menurut pertimbangan guru
4           Beriontasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan mengajar
5           Siswa kebanyakan bersifat pasif  mendengarkan uraian guru
6           Semua siwa harus belajar  menurut kecepatan guru mengajar
7           Penguatan pada umumnya diberikan setelah dialkukan ulangan atau ujian
8           Keberhasilan belajar umumya di nilai guru secara subjektif
9           Pengajar umumnya sebagai penyebar dan penyalur informasi utama
10          Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor diberikan.
Pembelajaran konvensional diatas biasanya digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dikelas. Pembelajaran konvensional yang dilakukan dikelas VII SMP N  1 Tigo Nagari adalah rangkaian kegiatan belajar yang dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan  konsep yang dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh guru.Setelah itu diadakan tanya jawab sampai akhirnya guru merasa bahwa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Terakir guru memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah. Dalam pembelajaran konvensional  yang aktif adalah guru sehingga komunikasi yang terjadi hanya satu arah.
            6.Hasil belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran. Seorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya baik dalam berupa pengetahuan,keterampilan , maupun dalam bentuk sikap dan sifat kearah  yang positif.
“Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul dari yang tidak tahu menjadi tahu ,timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap dan kebiasaan, keterampialn , menghargai perkembangan sifat- sifat social ,emonsional dan pertumbuhan jasmani”

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam belajar matematika. Hasil belajar yang diperoleh siswa diungkapkan dalam bentuk angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan terhadap apa yang telah dipelajari. Hasil belajar dalam pembelajaran matematika menunjukan sampai dimana perubahan yang telah dimilikinya setelah proses pembelajaran,sejauh mana siswa mampu menerapkanya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
2.2 Hipotesis
Berdasarkan studi literature dan permasalahan yang telah di rumuskan pada bagian sebelumnya, hipotesis dalam penelitian ini adalah  hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan Model Cooperative Learning Type Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran cara biasa.


              4  Slameto. Belajar dan faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.(Jakarta: Rineka Cipta 1995)  hal.2  
[2] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosa Karya ) hal: 90
[3] Jeanne Ellis Ormrod.Psikologi Pendidikan.(Jakarta: Erlangga, 2008) hal. 269
[4] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:JICA 2001), hal. 8

[5] Erman Suherman. ..hal : 9

[6] Erman Suherman , ,h. 57
[7] Erman Suherman , … , h. 58
[8] Muliyardi,2002,Strategi Pembelajaran Matematika,( Padang:Jurusan FMIPA UNP)h 100
[9] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h
[10] Herman Suherman,2001,Strategi Pembelajaran Matematika Komteporer,(Bandung:JICA Universitas Pendidikan Indonesia) h 218
[11] Muslimin Ibrahim,2000,Pembelajaran Kooperatif,(Surabaya : University Pres)h 7