Proposal penelitian
Perbandingan hasil belajar matematika antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran cooperative learning type numbered heads
together dengan menggunakan model konvensional di SMPN 1 Tigo Nagari
Kab. Pasaman
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah
Metodologi penelitian pendidikan dan pengajaran
matematika
Oleh:
YETMAWATI 2410.046
Dosen Pembimbing :
M.Imamuddin M.Pd
Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri(STAIN) Syech M Djamil Djambek
Bukittinggi
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan
Kelas ini. Kemudian shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhoi oleh Allah
SWT.
Penghargaan dan cinta terbesar penulis tujukan kepada Ayahanda dan
Ibunda yang telah memberikan cinta kasih, mendidik dan memberikan motivasi
dalam mencapai cita-cita. Hal ini juga penulis sampaikan kepada saudara-saudara
ku dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak ketua dan
Bapak/Ibu pembantu ketua, Bapak ketua Jurusan Tarbiyah serta Bapak ketua
Program Studi Pendidikan Matematika
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam menambah ilmu pengetahuan
di STAIN ini.
2.
Bapak dan Ibu
Dosen serta karyawan/i STAIN yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan di Perguruan Tinggi ini.
3.
Pimpinan serta
Karyawan/i perpustakaan STAIN Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan kelas ini.
4.
Teman-teman seangkatan
BP. 2010 Tarbiyah Pendidikan Matematika
yang telah ikut memberikan motivasi kepada penulis.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis ucapkan terima
kasih. Semoga amalan dan jasa baik yang telah diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT. Amiin…
Bukittinggi,
Januari 2013
Penulis
YETMAWATI
BP. 2410.046
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah..............................................................
B. Identifikasi
Masalah ...................................................................
C.
Rumusan Masalah ......................................................................
D.
Manfaat Penelitian .....................................................................
E.
Defenisi
Operasional.....................................................................
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Variabel Penelitian
1.
Pengertian berpikir kritis ........................................................
2.
Model pembelajaran koperatif ...............................................
B. Model
pembelajaran NHT
1.
Pengertian...................
..…………………………………...
2.
Tujuan
Model
pembelajaran NHT.........................................
C. Model pembelajaran konvensional
1.
Pengertian Model pembelajaran konvensional.................................
2. Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran konvensional..................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode
dan Desain Penelitian.........................................................
B.
Rangcangan
Penelitian.........................................................................................
C.
Populasi dan Sampel......................................................................
D.
Variable dan Sumber Data......................................................................
E.
Prosedur Penelitian...............................................................
F.
Instrument Penelitian..........................................................................
G.
Teknik Analisis Data......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
sangat penting dalam kehidupan, sebab pendidikan tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan. Maju mundurnya suatu masyarakat atau bangsa ditentukan oleh pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Jadi pendidikan merupakan salah satu cara pembentukan manusia untuk
berfikir rasional seefektif dan seefisien mungkin dalam menghadapi masalah-
masalah yang timbul dalam kehidupan.
Allah juga telah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa manusia
yang mencari ilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya, sebagaimana dalam
al-Qur’an surat Al- Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Begitulah
Allah menyebutkan dalam Al- qur’an akan meninggikan derajat orang yang
menuntut ilmu memperlihatkan betapa pentingnya menuntut ilmu yang terjadi dalam
pendidikan.
Sedangkan di dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1
ayat 3 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan rumusan di atas, diketahui bahwa
pendidikan sebagai salah satu kebutuhan yang penting dalam kehidupan suatu
bangsa untuk meningkatkan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang
seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan suatu bangsa atau negara
membutuhkan manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu kemajuan suatu negara
tidak terlepas dari kemajuan sektor pendidikan, melalui pendidikan diharapkan
akan diperoleh manusia yang cerdas dan mampu memenuhi tuntutan perkembangan
dunia saat ini.
Tercapainya tujuan pendidikan dipengaruhi oleh
banyak faktor. Diantaranya adalah metode seorang pendidik memberikan suatu
pelajaran dan fasilitas yang digunakannya dalam pembelajaran. Selain itu,
faktor individu, yaitu faktor internal yang berasal dalam diri individu itu
sendiri dan juga faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu itu
sendiri termasuk di dalamnya lingkungan. Sehingga hal tersebut juga berpengaruh
terhadap kualitas pendidikan.
Berbagai usaha sudah
dilakukan oleh pakar pendidikan, seperti memperkenalkan dan menerapkan berbagai
metode atau pendekatan mengajar yang bervariasi mulai dari jenjang pendidikan
dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Walaupun demikian sampai saat ini
rendahnya mutu pendidikan masih menjadi bahan pembicaraan para pakar pendidikan
dan masyarakat umum.
Matematika adalah suatu mata
pelajaran yang memiliki kedudukan
yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun banyak orang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit dikuasai oleh siswa, sehingga matematika menjadi mata pelajaran yang
kurang disenangi. Anggapan ini muncul karena penyampaian materi yang sering
berbelit-belit dan menggunakan bahasa yang sulit untuk dipahami.
Ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran ini kemungkinan juga disebabkan
oleh sukarnya memahami pelajaran matematika itu sendiri. Ini dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa tersebut.
Proses
pembelajaran matematika sebaiknya memenuhi keempat pilar pendidikan masa datang
yaitu:
1.
Proses ”learning
to know” : siswa memiliki pemahaman dan penalaran yang bermakna terhadap
produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan mengapa) yang memadai.
2.
Proses “learning
to do” : siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses
matematika (doing math) yang memadai untuk memacu peningkatan
perkembangan intelektualnya.
3.
Proses ”learning
to be” : siswa dapat menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap
nilai-nilai keindahan akan produk dan proses matematika yang ditunjukkan dengan
sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur serta
mempunyai motivasi berprestasi dan rasa percaya diri.
4.
Proses ”learning
to live together in peace and harmoni” : siswa dapat bersosialisasi dan
berkomunikasi dalam metematika melalui bekerja atau belajar bersama, saling
menghargai pendapat orang lain dan sharing ideas.[1]
Bersamaan dengan adanya
keempat pilar pendidikan masa datang tersebut hendaknya proses pembelajaran
matematika dapat dilaksanakan berdasarkan keempat pilar tersebut agar dapat
menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.
Dalam
kenyataannya proses belajar dan pembelajaran metematika di sekolah – sekolah
belum bisa berjalan seperti yang di harapkan. Hasil belajar matematika siswa
yang masih rendah menunjukan bahwa pendidikan matematika masih sangant rendah.
Hal ini dapat dilihat dari persentase kekuntasan minimal hasil belajar matematika
siswa seperti pada table
Table :Nilai
rata – rata dan Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester 1 mata pelajaran
matematika di kelas VII SMPN 1 Tigo NagarI tahun pelajaran 2012/2013
Kelas
|
Rata
-rata
|
Ketuntasan Siswa
|
||||
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
Jumlah siswa
|
||||
jumlah
|
%
|
jumlah
|
%
|
|||
VIIa
|
59,25
|
12
|
40%
|
18
|
60%
|
30
|
VIIb
|
52,35
|
9
|
30%
|
21
|
70%
|
30
|
Sumber: Guru Matematika Kelas VII SMPN 1
Tigo Nagari
Tabel 1 menunjukan bahwa niali ujian
matematika kelas VII SMPN 1 Tigo Nagari masih rendah karena dibawah criteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 70[2].
Selain itu dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas
dibandingkan dengan jumlah siswa yang tuntas. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
hasil belajar matematika siswa pelajaran matematika relative rendah.
Berdasarkan wawancara penulis pada guru mata
pelajaran matematika SMPN 1 Tigo Nagari pada tanggal 3 Desember 2012, didapatkan
informasi tentang pembelajaran matematika ,diantaranya pembelajaran hanya terjadi
satu arah yaitu guru ke siswa sehingga siswa lebih banyak berperan sebagai
penerima ilmu , kebanyakan siswa malas mengeluarkan pendapat atau gagasanya,
karena mereka lebih terbiasa menunggu jawaban dari guruya dan guru berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Serta siswa tidak serius dalam mengerjakan
latihanya dan malu bertanya kepada gurunya jika tidak
mengerti, kurangnya keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru,siswa tidak mau saling berbagi pengetahuan dengan temanya,dan siswa
belum terlatih bekerja sama dengan siswa lainya[3] .
Guru
sebagai salah satu komponen utama dalam pendidikan diharapkan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran matematika agar keberhasilan dalam proses belajar
mengajar dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi
hal tersebut adalah dengan pembelajaran
kooperatif yang mempunyai beberapa kelebihan di antaranya :
a. Reaksi siswa
terhadap belajar yang terbuka cukup baik
b. Pertisipasi aktif siswa
lebih mudah dikembangkan
c. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar sangat sistematis dan lebih mudah
ditetapkan
Ada
beberapa pembelajaran kooperatif, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together. Pembelajaran ini di kembangkan oleh Spenser Kagen
(1993). Dengan melibatkan siswa dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi dari pelajaran itu.
Menurut
Ibrahim (2002) ada empat tahap dalam pelaksanaan Numbered Head Together yaitu :
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab,saling membantu dalam kelompoknya dan
diberi kesempatan untuk berbagi dengan siswa lain. Penerapam model pembelajarn
kooperatif Tipe NHT diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk memberikan ide – ide atau bertanya pada guru dan teman
jika ada pembelajaran yang tidak dipahami serta dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Perbandingan
hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran
cooperative learning type numbered heads together dengan menggunakan model biasa
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan dan dibatasi sebagai berikut :
1.
Proses belajar mengajar yang masih
terpusat pada guru
2.
Materi Matematika yang abstrak membuat siswa merasa sulit mempelajari
sehingga siswa cenderung tidak menyukai matematika.
3.
Aktifitas siswa dalam pembelajaran belum
berkembang secara optimal yang tergambar pada aktifitas siswa yang masih
monoton.
4.
Hasil belajar matematika siswa masih rendah dengan
indikasi banyaknya siswa yang belum mencapai Ketuntasan Kompetensi Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
1.3 Batasan Masalah
Karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, maka masalah yang dibahas dalam hal ini
hanya difokuskan pada apakah
hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model mengajar Cooperatif
Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan
model pembelajaran konvensional di kelas VII di SMPN I Tigo Nagari
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1.
Bagaimanakah
aktifitas siswa kelas VII SMPN I Tigo
Nagari dengan menggunakan model pembelajaran NHT?
2.
Apakah
hasil belajar Matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
NHT lebih baik daripada hasil belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional di SMPN I
Tigo Nagari?
1.5 Tujuan Penelitian
Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Cooperatif Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik dari pada yang menggunakan
model pembelajaran konvensional
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dan bermanfaat bagi :
1. Bagi siswa
a. Sebagai
acuan dalam meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
b. Sebagai acuan dalam mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran
c. Sebagai acuan dalam membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami
konsep matematika karena materi dikaitkan dengan konteks keseharian
siswa dan lingkungan dunia nyata siswa.
2. Bagi guru
a. Meningkatkan
kemampuan guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran, serta dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
b. Sebagai
masukan pertimbangan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dengan
pembelajaarn kooperatif tipe NHT.
c. Dapat lebih
menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah dan
termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi
perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu
sendiri.
3. Bagi sekolah
Dengan adanya strategi pembelajaran yang baik maka mampu
mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi.
4. Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi
seorang pendidik kelak dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan proses dan
hasil belajar siswa.
1.6 Defenisi Operasional
Model Numbered Head
Together (NHT) adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur menghendaki agar
para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif.
Model pembelajaran konvensional adalah
pengajaran yang pada umumnya biasa dilakukan sehari-hari. Guru lebih aktif dari
siswa, sedangkan siswa hanya menerima materi tanpa adanya timbal balik antara
guru dan siswa dalam belajar. Cara menyampaikan materi dengan ceramah, Tanya
jawab, dan demonstrasi.
Aktifitas
siswa adalah keikut
sertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Aktifitas ini meliputi:
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, membaca,
mengerjakan soal, berdiskusi atau bertanya antara siswa
dan guru, berdiskusi atau bertanya antara siswa dan siswa, perilaku yang tidak
relevan dalam pembelajaran.
Hasil
belajar siswa Hasil belajar adalah suatu yang diperoleh setelah
melakukan kegiatan pembelajaran dan menjadi indikator keberhasilan seorang
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Setelah proses belajar, siswa memperoleh
pengetahuan yang dapat mengubah tingkah laku terhadap diri siswa. Perubahan
tingkah laku terhadap diri siswa dilihat dari hasil tes belajar yang dilakukan
oleh siswa
[2]
Leli royani,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 1 Tigo Nagari .
[3]
Leli Royani ,S.Pd, Guru mata pelajaran matematika SMPN 1 Tigo Nagari ,Wawancara
3 desember 2012 di SMPN 1 Tigo Nagari
assalamualaikum,,..
BalasHapuskapan2 singgah lah k blog awak,, :)